10
Oct
Lotek
Paranti berdiri sejak tahun 1953, didirikan oleh Ibu Uwat. Ibu Uwat
adalah mertua dari Ibu Hani yang sekarang mengurus usaha Lotek Paranti
ini sejak tahun 1996. Dari dulu hingga saat ini Lotek Paranti masih
berlokasi di Jalan Cilentah no.4. Namun sewaktu awal berdiri, lotek ini
hanya berjualan diatas satu meja, lalu usaha lotek ini terus maju hingga
memiliki tempat yang nyaman seperti saat ini.
Dilihat
dari penampilan, Lotek Paranti hampir sama dengan lotek-lotek lain yang
dijual seperti biasanya, tetapi setelah dicicipi lotek ini mempunyai
rasa yang ‘beda’ juga bumbu kacangnya lebih terasa gurih tetapi tetap
pas disajikan dengan semua sayuran. Rasa yang membedakannya lagi adalah
adanya kerupuk yang dibubukkan dan dicampur kedalam bagian lotek, dan
cara penyajiannya pun menggunakan bawang goreng dan kerupuk emping. Hal
unik lainnya ialah lotek ini tidak berair meskipun sudah dibiarkan
beberapa jam.
Di
Lotek Paranti ini menjual 2 macam makanan yang terdiri dari lotek dan
rujak. Loteknya pun ada dua jenis yaitu, lotek ‘mateng’ dan juga lotek
‘mentah’. Namun kebanyakan orang yang datang ketempat ini membeli lotek
‘mateng’. Hal menarik lainnya adalah hampir semua usia menyukai lotek
ini, padahal biasanya kebanyakan dari anak-anak tidak menyukai makanan
tradisional, tetapi lotek ini merubah anggapan bahwa anak-anak tidak
menyukai makanan tradisional.
Lotek Paranti menjual loteknya seharga Rp15.000,00 dan Rp13.000,00 untuk harga rujak. Dengan harga yang terbilang mahal untuk ukuran harga sebuah makanan traditional seperti lotek, angka penjualan lotek ini per hari nya bisa mencapai 100-150 bungkus dihari biasa, namun dihari libur merah dan Hari Libur Nasional penjualannya bisa mencapai 300 bungkus.
Lotek Paranti menjual loteknya seharga Rp15.000,00 dan Rp13.000,00 untuk harga rujak. Dengan harga yang terbilang mahal untuk ukuran harga sebuah makanan traditional seperti lotek, angka penjualan lotek ini per hari nya bisa mencapai 100-150 bungkus dihari biasa, namun dihari libur merah dan Hari Libur Nasional penjualannya bisa mencapai 300 bungkus.
Hal ini sungguh sangat fenomenal untuk sebuah usaha lotek, tetapi itulah kenyataan yang terjadi di pasaran. Karena
pesatnya usaha lotek ini, pengurus lotek membuka franchise untuk lebih
meningkatkan usahanya. Rencananya pada tahun ini akan dibuka dua cabang
baru yaitu di Kota Bali dan Medan.
Dari
hasil usaha yang diurusnya, Ibu Hani bisa menyekolahkan anak-anaknya
dan bisa merenovasi rumah, membeli mobil dan masih banyak keuntungan
yang lainnya.
( nyam...nyam...nyam... jadi ingin makan Lotek)
1 comment:
Indonesia kuliner.... food from sundanese west java.
Post a Comment