Linggawati Hakim Duta Besar RI Untuk Swedia
Hubungan
bilateral Indonesia dengan Swedia memang pernah kurang harmonis di masa
lalu karena masalah GAM. Indonesia tidak menempatkan Duta Besar nya di
Stockholm selama kurang lebih 4 tahun (2002-2006), namun sejak
tercapainya Perjanjian Damai dengan GAM pada bulan Agustus 2005,
hubungan bilateral dengan Swedia telah memasuki era baru. Pemerintah RI
kemudian menempatkan saya sebagai Duta Besar sejak akhir November 2006
hingga sekarang. Sejak awal, saya berkeinginan untuk meningkatkan
kembali hubungan bilateral kedua negara melalui berbagai kerjasama yang
akan membawa manfaat kongkrit bagi Indonesia maupun Swedia.
Setelah
Perjanjian Damai dengan GAM, beberapa tokoh GAM di Swedia juga sudah
mulai melakukan komunikasi dengan KBRI, bahkan beberapa di antaranya
telah mengadakan pertemuan dengan saya. Biasanya mereka akan meminta
visa ke KBRI untuk berkunjung ke Indonesia, termasuk membawa keluarganya
untuk mengunjungi Aceh. Sejauh ini tidak ada masalah yang timbul dari
warga Aceh di Swedia yang umumnya sudah memiliki kewarganegaraan Swedia.
Walaupun masih ada beberapa tokoh GAM yang belum dapat menerima
Perjanjian Damai, namun secara umum terdapat keinginan bersama di antara
masyarakat Aceh di Swedia, untuk turut memberikan kontribusi positif
bagi upaya pembangunan di Aceh agar rakyat Aceh dapat menikmati
perdamaian dan kesejahteraan yang lebih baik dari sebelumnya. Dalam
berbagai kegiatan, KBRI selalu berupaya untuk mengundang dan melibatkan
sejumlah warga Aceh di Swedia. Beberapa di antaranya bahkan aktif
berperan dalam forum pengajian dan kegiatan kemasyarakatan yang
diselenggarakan oleh KBRI Stockholm.
Era Baru Baru Bilateral RI - Swedia Hubungan
bilateral Indonesia-Swedia memasuki era baru sejak tahun 2006.
Perubahan sikap dan perhatian yang cukup besar Swedia terhadap Indonesia
tercermin dari pernyataan Menlu Swedia, Carl Bildt, pada saat
menyampaikan kebijakan luar negeri Pemerintah Swedia di depan Parlemen
di awal tahun 2008, yang memasukkan Indonesia sebagai salah satu negara
prioritas di dalam mengembangkan hubungan luar negeri Swedia. Sikap ini
kemudian diikuti oleh kunjungan Menlu Swedia, Carl Bildt, ke Indonesia
pada tanggal 21 – 22 April 2008. Kunjungan tersebut merupakan kunjungan
resmi bilateral Menlu Swedia ke Indonesia yang pertama kalinya sejak
pembukaan hubungan diplomatik Indonesia dengan Swedia pada tahun 1950.
Berbagai pertemuan dan kegiatan Menlu Swedia selama berada di Indonesia
ditujukan untuk mempromosikan upaya peningkatan hubungan bilateral kedua
negara. Pada kesempatan tersebut, Menlu RI dan Menlu Swedia juga telah
meluncurkan Dialog HAM bilateral Indonesia-Swedia yang substansinya
telah dituangkan dalam suatu kesepakatan (Exchange of Notes) antara
kedua negara pada akhir tahun 2007. Perlu dicatat bahwa Dialog HAM
dengan Swedia agak berbeda dengan dialog-dialog politik/HAM lainnya
karena lebih difokuskan pada kegiatan dan program-program yang kongkrit,
khususnya peningkatan capacity building di Indonesia dalam upaya
mempromosikan dan menghormati HAM. Dalam kerangka Dialog HAM ini, Swedia
banyak memberikan bantuan pendidikan, pelatihan, riset, pertukaran
kunjungan dan pengalaman di antara para ahli HAM kedua negara, yang
pelaksanaannya melibatkan institusi seperti RWI (Roul Wallenberg
Institute) dan SIDA (Swedish International Development Agency).
Swedia
merupakan salah satu mitra penting bagi Indonesia di dalam meningkatkan
kerjasama di berbagai bidang. Bantuan kerjasama pembangunan Swedia yang
dialokasikan untuk Indonesia pada periode 2005-2009 adalah antara SEK
440 juta (US $74 juta) sampai dengan SEK 680 juta (US $ 134 juta).
Swedia juga selalu memberikan dukungan bagi pencalonan Indonesia di
berbagai Badan-Badan internasional, seperti Dewan HAM PBB, Dewan
Keamanan PBB, Dewan ITU (International Telecommunication Union), ILC
(International Law Commission) dan IMO (International Maritime
Organization).
Meningkatkan hububungan Ekonomi Dengan
meningkatnya hubungan bilateral antara Indonesia dan Swedia, kerjasama
di bidang ekonomi, perdagangan dan investasi antara kedua negara
diperkirakan akan mengalami peningkatan yang tajam. Menteri Perdagangan
Swedia, Mr. Sten Tolgfors, telah melakukan kunjungan ke Indonesia pada
bulan Mei 2007 dengan membawa rombongan pengusaha Swedia. Beberapa
perusahaan Swedia telah kembali memandang Indonesia sebagai negara
tujuan pengembangan investasi mereka. Saat ini terdapat 44 perusahaan
besar Swedia yang telah membuka kantor cabangnya di Indonesia. Beberapa
diantaranya adalah ABB, Astra Zeneca, Atlas Copco, Chubb Safes,
Electrolux, Ericsson, Hennes Mauritz (HM), IKEA, Oriflame, Sandvik,
Scania,SKF, Swedish Match Cigars, dan Tetra Pak. Perusahaan besar
seperti Ericsson bahkan telah menempatkan Indonesia sebagai negara
tujuan investasi dan pasar ketiga terbesar di dunia setelah Cina dan
India. Perluasan kegiatan industri dan investasi Ericsson selama tahun
2007 mencerminkan peningkatan investasi Swedia di Indonesia. Pada
periode 2007-2008, kecenderungan ekspor-impor antara kedua negara
mengalami perubahan yang cukup berarti, dimana nilai impor Swedia dari
Indonesia mengalami kenaikan sekitar 7%. Saat ini perusahaan Scanoil
sedang dalam proses mengembangkan investasi senilai US$ 300 juta dengan
membuka perkebunan jarak di beberapa kepulauan di Indonesia untuk proyek
energi alternatif (bio fuel). Diharapkan investasi
perusahaan-perusahaan besar Swedia di Indonesia akan turut memberikan
kontribusi bagi kemajuan ekonomi nasional dan membuka lapangan kerja
bagi rakyat Indonesia.
KBRI Stockholm juga banyak melakukan
kegiatan promosi kebudayaan dan pariwisata guna memperkenalkan Indonesia
dan meningkatkan minat orang Swedia untuk mengunjungi Indonesia,
khususnya dalam Visit Indonesia Year 2008. Kegiatan tsb meliputi
pagelaran seni tari dan musik Gamelan, peragaan busana, hidangan makanan
khas Indonesia, pameran pariwisata, festival Seni, peragaan busana dan
pemutaran film Indonesia. Perbaikan citra Indonesia di Swedia secara
umum juga tercermin dari peningkatan jumlah wisatawan Swedia ke
Indonesia yang cukup besar selama tahun 2007. Trend penurunan jumlah
wisatawan pada tahun 2006 sebagai akibat insiden Bom Bali II di tahun
2005, telah berangsur membaik. Jumlah wisatawan Swedia ke Indonesia pada
tahun 2007 diperkirakan mencapai 40.000 orang atau mengalami kenaikan
sebesar 35% dibandingkan jumlah tahun 2006.
Selain itu, kunjungan
delegasi dari kedua negara, baik dari kalangan pemerintahan (eksekutif)
maupun parlemen (legislatif) dan civil society/LSM juga semakin
meningkat sejak awal tahun 2007. Hal ini mencerminkan peningkatan
intensitas hubungan antara berbagai insititusi di kedua negara (people
to people contact). Saya juga mempunyai hubungan baik dengan Dubes
Swedia di Jakarta, Dr. Ann Marie PennegÄrd. Bahkan sebelum beliau
berangkat ke Jakarta untuk menduduki jabatan Dubes, saya sudah menjalin
hubungan yang baik dengan beliau. Adanya komunikasi dan kerjasama yang
baik di antara kami sangat membantu pelaksanaan tugas di dalam
meningkatkan hubungan bilateral Indonesia-Swedia dan mencapai tujuan
bersama yang akan membawa manfaat bagi kepentingan kedua negara.
Kontribusi Diplomat Perempuan Menurut
hemat saya, Deplu merupakan salah satu Departemen yang telah memberikan
perhatian dan kesempatan yang baik bagi perempuan untuk berkembang dan
menduduki posisi-posisi strategis di Deplu maupun di Perwakilan RI.
Pimpinan Deplu perlu terus melanjutkan kebijakan ini sehingga diplomat
perempuan dapat turut memberikan kontribusi yang signifikan dalam kiprah
diplomasi Indonesia. Namun hal ini tentunya perlu dilakukan berdasarkan
‘merit system’, bukan hanya sebagai hadiah atau sekedar memenuhi quota
perwakilan perempuan untuk menduduki jabatan-jabatan strategis di Deplu.
Saya kira saat ini cukup banyak perempuan di Deplu yang mempunyai
potensi untuk mencapai karir setinggi.tingginya, bahkan di masa
mendatang akan lebih banyak perempuan di Deplu yang menduduki posisi
pimpinan mengingat dalam beberapa tahun terakhir ini setengah dari para
calon diplomat yang direkrut oleh Deplu adalah perempuan.
( By Jeffrie Gerry)
|
No comments:
Post a Comment